Kamis, 16 Juli 2009

Saya Hanya Perlu Kesempatan (Dan Nyali)

Saya sering dihadapkan pada sebuah keinginan yang sebenarnya mungkin mudah untuk dijadikan kenyataan, tapi saya tidak menjadikannya mudah. Banyak keinginan saya yang tidak saya realisasikan hanya karena saya tidak tahu bagaimana harus memulainya. Sebenarnya saya tahu apa yang harus saya lakukan, tetapi saya selalu terhalang tembok yang saya bangun sendiri. Saya berbicara banyak tentang implementasi, kritik sana kritik sini tapi saya tidak bisa menerapkan apa yang telah saya katakan.

Sebenarnya saya hanya butuh kesempatan. Banyak orang bilang kesempatan tidak ditunggu, tetapi dicari, dikejar, diusahakan atau apalah istilahnya. Tapi saya tidak mengerti. Mungkin pengertian kesempatan bagi saya dan orang lain berbeda. Mungkin orang bilang ada kesempatan hanya saja saya tidak memiliki nyali untuk meraih kesempatan itu untuk mendapat keinginan saya. Mereka benar. Tetapi mereka tidak berada dalam posisi saya. Mereka tidak tahu saya terlalu lemah untuk gagal. Saya tidak punya nyali untuk menerima kekalahan. Maka saya tidak berani mengambil kesempatan dan yang ada hanya penyesalan.

Seperti saat ini, saya memiliki sebuah harapan. Saya tahu nilai harapan itu, resikonya, efeknya, hasilnya, bahkan mungkin segala aspek dari harapan itu. Saya tahu langkah-langkah yang harus saya ambil untuk mendapatkannya. Tapi saya tidak bisa memulainya. Saya selalu mengatakan pada diri saya untuk menunggu kesempatan. Saya masih belum mengerti kesempatan seperti apa yang saya maksud. Karena kesempatan yang dimaksud orang lain adalah melakukan hal sederhana.

Tidak. Ini tidak sesederhana itu untuk saya. Saya percaya pada mereka yang menyarankan untuk berharap setinggi mungkin. Saya percaya apapun itu dapat kita raih karena tidak ada yang tidak mungkin. Saya hanya menunggu kesempatan yang akan membawa saya mencapai harapan itu. Sekali lagi. Kesempatan. Kesempatan dalam bentuk yang saya pahami. Kesempatan dalam bentuk yang saya harapkan. Sangat memalukan karena itu artinya saya tidak mau berusaha. Saya hanya ingin jalan yang mudah. Saya malu. Saya hampir menangis.

Saya juga percaya pada mereka yang menyarankan untuk tidak berharap terlalu banyak, karena jika gagal akan sangat menyakitkan. Sebenarnya saya pikir tidak masalah, rasa sakit itu yang akan membuat kita kuat. Tapi entah kenapa sampai sekarang saya belum siap menerima rasa sakit itu.

Keduanya benar. Saya telah membuat standar saya sendiri. Standar yang semakin membuat saya tersiksa. Standar seorang lemah yang menciptakan batasan rasa sakitnya sendiri dan dengan bodohnya memposisikan diri berada pada batas rasa sakit itu tanpa berusaha bergerak selangkahpun. Satu langkah yang akan menentukan kesembuhannya. Maju atau mundur takkan menjadi masalah selama tidak berada dalam garis batas itu.

Jika ada yang bertanya, sejujurnya saya ingin maju.

Ingin sekali.


Kawan... saya benar-benar ingin harapan kali ini.

.....

So wake me up, before you leave today,
Something I need to say, 'cause there'll be nothing when you're gone.
(No Use For A Name - International You Day)

9 komentar:

  1. satu-satunya batasan didunia ini adalah batasan yang kita buat sendiri hehe

    semangat lah :)

    BalasHapus
  2. errr...
    kalo buat saya, kesempatan memang harus diciptakan. ini sama kayak tugas seorang striker yang harus membuka ruang supaya gelandangnya bisa mengirim umpan. perkaranya, ketika ruang sudah terbuka, passing sudah sampai, tapi shot-on-goal tidak dilakukan, yaaaa sepertinya tidak bakal tercipta sebuah gol.

    jadi kalo memang kepengen jadi predator kotak penalti ya harus rajin-rajin membuka ruang atau tidak akan pernah ada umpan matang yang bakalan datang.

    atau kalo misalnya kitanya cenderung seperti romario yang malas bergerak, milikilah tandem seperti bebeto di timnas brasil, atau hristo stoichkov di barcelona. minta pada mereka untuk membuka ruang buat kita.

    tapi tetap saja, keputusan shot-on-goalnya ada pada kita ;)

    BalasHapus
  3. teruss jaa berharap, gada salahnya kok.
    walaopun mang tar malah jadii sakit bangett kalo ga kesampean.
    tpii berharapnya sambil usaha, jgn sekedar berharap aja. gada dunanyaa.

    jadii, ttp smangatt yaaa!!!

    BalasHapus
  4. seperti juga kata bijak Bang Napi, setiap kejahatan bisa terjadi karena ada niat dan kesempatan. Nah, tinggal mengganti kata "kejahatan" dengan kreatifitas misalnya.. voila anda akan mendapatkan rumus paling jitu di dunia ini.. ^_^

    BalasHapus
  5. Inna ma'al usri yusra..
    sesungguhnya dibalik kesusahan ada kemudahan..

    BalasHapus
  6. ini tentang kewajiban sebagai anak atau apa Jo?
    apapun itu, segala sesuatu pasti ada hambatannya kok ;)
    jadi, dijalani saja dengan sepenuh hati, sesulit apapun ^^

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. @ringo: dan saya terjebak dalam batasan yang saya buat sendiri.. tengkyu ya..

    @satch: sebenarnya biasanya saya seulet garry neville.. tapi dalam kasus ini saya merasa seperti inzaghi.. senggol dikit diving.. udah gitu saya tidak punya pirlo.. :P ... tengkyu ya..

    @vii: ya.. saya sih masih terus berharap.. saya cuma butuh kesempatan.. hehe.. tengkyu ya..

    @rosmana: nyasar ya mas?.. :P

    @donlenon: niat sih ada bang, kesempatannya belum.. huhu.. tengkyu ya..

    @ayat: amin

    @arm: bukan tentang kewajiban sebagai anak.. kewajiban pada diri sendiri.. masalahnya hambatan terbesar itu saya sendiri.. hehe.. tengkyu ya..

    @all: terima kasih.. setidaknya saya akan terus berharap sambil menunggu kesempatan itu.. :D .. million words can't describe how much I thank you guys.. (berbahasa inggrisnya sok tau.. haha)

    BalasHapus