Minggu, 23 Agustus 2009

My Life According To The Ataris

Awalnya, saya dapet game aneh tidak penting ini dari sebuah notes di akun fesbuknya vivid. Biasalah game iseng2an. Pas saya baca kok saya tertarik untuk menggarapnya dengan artis favorit saya sendiri yang tentu saja saya pilih The Ataris :D Saya bikin notesnya di sini. Beberapa hari kemudian engga tau kenapa tiba-tiba punya pikiran bikin mixtape aja sekalian dari kuis aneh ini. Kebetulan jawaban-jawaban saya di atas memang menggambarkan kehidupan saya - walaupun ada beberapa yang engga sesuai dan maksa karena menyesuaikan dengan judul lagu yang ada... haha.

Sebenernya mau berceloteh panjang lebar terkait dengan mixtape yang saya buat ini, tentang The Ataris, tentang merelasikan lagu dengan kehidupan (*tsah) dan sebagainya. Tapi lagi males ngetik nih. Kapan-kapan aja.

Mixtape dengan judul My Life According To The Ataris ini saya sertakan cover segala lho. Bikinnya gak serius juga sih, namanya juga iseng, makanya hasilnya seadanya.. haha. Oh iya, ada liriknya juga! Kalo ada yang mau mengunduh sangat dipersilahkan :

Download MY LIFE ACCORDING TO THE ATARIS (Personal Mixtape) here

Jadi, selamat mendengarkan kehidupan saya. :D




Using only song names from ONE BAND or ARTIST, cleverly answer these questions. Pass it on to 15 people you like and include me. You can't use the band I used. Try not to repeat a song title. It's a lot harder than you think! Repost as "my life according to (artist or band name)"


Pick your Artist: The Ataris

Are you a male: If You Really Want To Hear About It

Describe yourself: Eight of Nine

How do you feel: Perfectly Happy

Describe where you currently live : P.S. The Scene Is Dead

If you could go anywhere, where would you go: Cardiff By The Sea

Your favorite form of transportation: Takeoffs And Landings

Your best friend is: Blind And Unkind

You and your best friend are: Hello And Goodbye

What's the weather like: Summer '79

Favorite time of day: Welcome The Night

If your life was a TV show, what would it be called: Alone In Santa Cruz

What is life to you: Life Make No Sense

Your relationship: I Won't Spent Another Night Alone

Your fear: Myself

What is the best advice you have to give: All You Can Ever Learn Is What You Already Know


Kamis, 13 Agustus 2009

I Consume, Therefore I Am

Saya ingat dan memang sedang sering mendengarkan lagunya Efek Rumah Kaca yang Belanja Terus Sampai Mati. Lagu yang menceritakan konsumerisme. Saya pernah membuat stensil bertuliskan judul lagu itu untuk menyindir masyarakat sekarang yang sangat konsumtif (kapan-kapan saya upload hasil stensilan saya itu). Waktu itu saya sepenuhnya sadar bahwa saya tidak hanya menyindir masyarakat tapi juga diri saya sendiri. :D

Sebenarnya saya tidak perlu membuang waktu untuk membuat postingan ini karena saya yakin semua orang sudah tahu apa yang saya bicarakan. Saya hanya akan terlihat sebagai orang bodoh yang sok mengkritisi masyarakat. Tidak. Sebenarnya saya sedang mengkritisi diri saya sendiri.

Sejak saya punya penghasilan sendiri walaupun cuma kerja sampingan dan tidak seberapa, saya menjadi semakin konsumtif saja. Sebuah hal yang saya tidak suka tapi ada dalam diri saya. Kontradiktif. Mungkin saya tidak sampai berfoya-foya menghamburkan uang, tapi saya tidak bisa mempergunakannya sesuai kebutuhannya. Maka saya menyebut diri saya konsumtif. Maka bersiaplah, postingan ini mungkin akan panjang. Hehe..

Saya sering membeli benda-benda yang mungkin memang saya perlukan, tapi bukan benda yang lebih saya perlukan. Mungkin saya perlu kaos baru, tapi saya masih memiliki cukup kaos untuk ganti. Sedangkan saya tidak memiliki tas karena yang saya pakai sekarang adalah tas kawan saya dan saya telah merusakkannya. Seharusnya saya membeli tas baru. Tidak, saya malah membeli kaos baru. Inilah konsumerisme saya. Dengan daftar benda masih banyak untuk dibeli, saya semakin tidak sadar. Saya merencanakan punya kaos- kaos baru tentu saja (yang bersablonkan nama/gambar band2 favorit saya), sepatu baru (rencananya converse all star lagi, secondhand/sisa ekspor di Pasar Johar juga gapapa), celana panjang baru (model2 alpina yang hardcore2 begitu.. haha), mp3 player, dan seterusnya.

Lihat! benda-benda dalam daftar saya kebanyakan sudah saya punya. Artinya saya hanya ingin benda-benda itu, bukan butuh benda-benda itu. Jikapun saya membutuhkannya itu bukanlah hal yang perlu segera dipenuhi. Seharusnya saya menyimpan uang saya untuk kebutuhan yang lebih penting seperti biaya ujian skripsi, bayar uang kos, mungkin biaya wisuda nanti agar tidak terlalu merepotkan orang tua saya.

Saya yakin hal ini tidak terjadi dalam diri saya saja. Masyarakat saat ini adalah masyarakat yang konsumtif. Seperti saya tadi, membeli yang diinginkan bukan yang dibutuhkan. Saya sangat kabur mengenai masalah sebab-akibat. Jadi saya tidak bisa memastikan semua berasal dari masyarakat sebagai konsumen atau dari produsen. Tapi bagaimana jika kita telah dibentuk. Saya tidak tahu apakah suatu barang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan kita atau kebutuhan kita menjadi ada karena diciptakannya suatu barang. Awalnya mungkin barang diciptakan karena memang dibutuhkan masyarakat. Tapi pada masa sekarang ini saya tidak yakin.

Sebab, sejak kapan kulit coklat/hitam/gelap menjadi masalah bagi masyarakat negara tropis seperti Indonesia? Sejak diciptakannya kosmetik pemutih kulit. Sebelum ada kosmetik pemutih kulit, orang-orang tropis biasa saja dalam menyikapi kulitnya yang "tidak cerah". Sekarang mana sebab, mana akibat?

Konsumsi hari ini tak lepas dari citra. Seharusnya kita pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu yang telah kita rencanakan. Dalam apa yang saya lihat di lingkungan saya, orang-orang datang ke pusat perbelanjaan untuk tiba-tiba membeli barang yang dia lihat yang mencitrakan "barang bagus". Tujuan kita tidak lagi membeli, tetapi siapa tahu ada yang bisa dibeli. Mungkin itulah kenapa ada konsep minimarket, supermarket, swalayan, dan sebagainya dimana semua jenis barang yang tidak saling berhubungan disediakan dalam satu lokasi. Hal itu tidak membuat konsumen mendapatkan kemudahan untuk membeli barang apapun ditempat yang sama, hal itu menjadikan konsumen membeli barang yang seharusnya tidak dia beli.

Jangan terlalu serius menyikapi tulisan saya ini. Kita bergembira sedikit dengan curhat colongan.. hehe.. Beberapa orang yang kenal saya mungkin tahu saya paling malas masuk ke minimarket (terutama yang sudah skala besar seperti Indomaret dan Alfamart, karena saya masih merasa biasa saja masuk ke minimarket kecil yang dikelola pengusaha lokal walaupun sebenarnya tidak ada bedanya kecuali masalah skala usaha), atau pusat-pusat perbelanjaan seperti mall-mall, restoran-restoran "branded" seperti McD, KFC, atau distro-distro masa kini yang semakin hari semakin menyerupai butik.

Teman-teman saya ini selalu menganggap saya terlalu serius dalam menanggapi kapitalisme.. haha.. Tidak begitu kawan-kawan. Pemahaman saya bahkan masih lemah dalam hal kapitalisme atau ekonomi secara luas, bagaimana mungkin saya hendak mematahkannya :D Saya hanya tidak nyaman saja masuk tempat-tempat itu karena apa yang saya lihat adalah mayat-mayat hidup yang datang ke tempat-tempat itu untuk suatu alasan yang saya sebutkan sebelumnya. Saya juga masih bagian dari mereka dan sangat ingin lepas. Lagipula, sederhananya, saya membahayakan diri saja untuk berada di sana dengan kondisi keuangan saya yang tidak berlebih.. haha.. bisa-bisa hasil kerja keras saya dalam 30 hari menjadi sia-sia dalam sekejap

Apa yang ingin saya bicarakan/tanyakan sebenarnya adalah lebih dahulu mana, ayam atau telur?

Apakah suatu barang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan atau apakah kebutuhan menjadi ada karena diciptakannya suatu barang?

(ditambahin) sebenernya kita sudah tahu jawabannya.. :D

Rabu, 05 Agustus 2009

Cloud Cuckoo Land - Coffee Is...


Coffee Is... - Cloud Cuckoo Land


Coffee is my great star
Coffee is your great star
Coffee is our vague star

Ada yang tau Cloud Cuckoo Land (Korean Indie Pop Band)?
Mbah Gugel cuma tau dikit tuh...