Selasa, 29 Desember 2009

Years Away







Iya daripada bulan Desember tidak ada postingan sama sekali
saya posting nih. Engga penting juga biarin deh :p






Minggu, 08 November 2009

Bangsa Euforia

Sebenarnya hal ini udah cukup lama mengendap di pikiran saya, berkali-kali ingin saya buat tulisan tapi engga sempet-sempet dan belum dapet moodnya. Baru kali ini saya tulis gara-gara liat running text di salah satu TV swasta yang ada kaitannya dengan pemikiran saya ini. Ya, tiba2 saja saya ingin segera menuliskannya sebelum kehilangan momen lagi.. haha..

Entah kenapa, saya rasa banyak sekali orang yang sangat mudah mengikuti apa yang tengah menjadi issue hangat di masyarakat. Jika yang dimaksud adalah mengikuti perkembangan informasi maka itu adalah suatu hal yang sangat baik. Tapi yang saya maksud di sini, masyarakat kita mudah sekali percaya pada informasi yang dia dapat. Kebanyakan informasi itu diterima tanpa di saring, atau setidaknya dipahami duduk masalahnya. Lebih parah, masyarakat sering ikut-ikutan terlibat dalam issue yang berkembang tersebut tanpa mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Kemarin malam saya liat running text di salah satu TV swasta yang bertuliskan "Gerakan Dukung Bibit - Chandra di Facebook telah mencapai 1,2 member". Itu dia sesuatu yang mengganjal hati saya sekaligus membuat saya memutuskan menulis catatan ini. Gerakan Dukung Bibit Chandra itu dibuat sebagai tanggapan atas ditangkapnya dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah, pada Kamis 29 Oktober 2009. Detailnya saya tidak tahu karena saya memang tidak mengikuti kasus itu (dan kasus2 serta berita2 lain di TV :p). Seperti tertera di running text itu, dalam waktu singkat sejak pembuatannya hingga hari ini (09 November 2009) membernya telah mencapai sekitar 1,2 juta member. Termasuk banyak sekali teman2 saya di FB yang ikut berpartisipasi sebagai member. Wow! hanya beberapa hari saja sudah sebesar itu dukungan bagi Bibit - Chandra. Seharusnya ini menjadi indikasi bahwa masyarakat kita sekarang lebih kritis berpikir, melek hukum, setidaknya peka jaman, peka kondisi, dan seterusnya. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apakah dari 1,2 juta member itu semuanya benar2 mengerti kasus yang terjadi?

Saya yakin tidak! Tanpa meremehkan pengetahuan dan sikap mereka akan kasus ini, saya tetap kurang yakin 1,2 juta itu benar2 mengerti apa yang sedang terjadi, apa yang salah, apa yang mereka bela, dan apa-apa yang lain. Saya terlalu pesimis untuk mengakui seluruh dari 1,2 juta member itu benar-benar sadar kondisi saat mengklik link untuk bergabung grup dukungan itu. Saya rasa banyak dari member grup itu yang ikut2an bergabung hanya karena issue ini telah menjadi issue hangat yang di ekspose (nulisnya gimana sih?) besar2an oleh media, karena teman2 mereka ikut grup yang sama sehingga kalo engga ikut takut dikira engga ngerti apa2, atau mereka yang ikut karena iseng karena join grup di fesbuk adalah hal yang sangat mudah terlebih dengan fasilitas suggestion/invitation dari teman2 yang sebelumnya tau/gabung. Ini yang menjadi kebimbangan saya. Jika analisis saya benar *tsah.. berarti 1,2 juta itu tidak menggambarkan apa2. Jika ternyata (ini misalnya lho ya, kan praduga tak bersalah) Bibit-Chandra bersalah, tapi dilepaskan gara2 banyak dukungan, maka simpulkan sendiri. Bahkan jika Bibit-Chandra benar sekalipun, 1,2 juta itu menjadi angka yang nirmakna, karena tidak semua mengerti (bahkan saya yakin lebih banyak yang tidak benar2 mengerti kasusnya sepenuhnya). Jika itu benar, indikasi yang saya sebutkan di atas gagal total. Masyarakat kita masih kurang kritis, tidak peka jaman, hanya mengikuti jaman, korban euforia semata.


Sekedar info, saya tidak bergabung dengan grup itu karena memang saya tidak benar-benar mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dan saya tidak ingin memperjuangkan apa yang tidak saya yakini.


Mungkin memang saya saja yang terlalu pesimis menilai masyarakat kita, tapi saya memikirkan hal lain pula. Belakangan ini hubungan Indonesia dengan Malaysia sedang renggang karena berbagai sengketa yang terjadi, terutama dalam hal kebudayaan. Sejujurnya bagi saya yang bukan seorang nasionalis yang percaya garis2 batas wilayah negara, lagi-lagi masalah ini tidak menjadi perhatian utama dalam hidup saya, mendingan saya nongkrong di C6 atau buka satu tab di Google Chrome saya selama 8 jam.. hahha.. (yang ngerti jangan berisik!). Tapi bagaimanapun, saya lahir dan besar di wilayah ini, jadi sedikit banyak issue ini tetap melintas dibenak saya. Dan lagi-lagi saya merasa bukan sebagai bagian dari masyarakat :( Oleh media, kita diberitahu bahwa budaya kita yang ini diklaim, besoknya budaya kita yang satu lagi diklaim juga, lusanya budaya kita yang lainnya lagi diklaim lagi, dan seterusnya. Bisa jadi benar adanya. Kemudian oleh karena kejadian itu, tiba-tiba saja nasionalisme masyarakat kita tumbuh 1945 kali lipat dari sebelumnya! Tiba-tiba saja, semua memaki-maki Malaysia, tiba-tiba saja semua orang menjadi lebih "berbudaya".

Saya heran dengan masyarakat kita, lha dulu pada kemana waktu budaya-budaya itu belum diklaim Malaysia? Emang pada pernah liat wayang kulit? Emang pada tau tarian ini darimana, tarian itu gerakannya gimana? Emang pada dengerin musik apa kalian? Iya, saya tau pasti masih banyak masyarakat kita yang ngerti budaya kok, masih banyak pemuda-pemudi yang mengapresiasi budayanya dengan sangat baik. Kalo saya sejujurnya engga mengapresiasi dengan baik, dan saya yakin lebih banyak anggota masyarakat saya lainnya yang juga sama dengan saya. Lalu kenapa mereka baru berkoar-koar ketika budaya mereka di klaim? Saya sih engga ikut2an lho walopun sedikit kepikiran kok seenaknya aja Malaysia mengklaim demi uang.

Daripada nonton wayang kulit gratis di Alun-Alun, lebih memilih menghabiskan gaji sebulan buat nonton The Ataris di ibukota negara =.=' Kalo kata Ringo "gue baru tahu tari piring itu dari Sumatera Barat heheh.. habis mau gimana lagi?, Sonic Youth ama Nirvana itu lebih keren sih. hahahaha" Ya, kalo soal yang ini udah pernah beliau bahas di sini silakan dibaca untuk membuka pandangan rekan2 sekalian :) Gitu kok mau nasionalis :p

Nasionalisme paruh waktu itu, kembali menggambarkan masyarakat kita yang masih mudah terpengaruh tren. Apa yang menjadi topik utama, ya dia merasa harus ambil bagian. Inget tanggal 2 Oktober 2009 kemarin? Presiden menyarankan masyarakat untuk bersama-sama mengenakan Batik sebagai peringatan atas diakuinya Batik sebagai warisan budaya Indonesia. Sekilas, saran yang sangat bagus bukan? Maka kemudian beramai-ramailah orang2 pake batik, saya aja ke kampus ampe mabok batik! banyak bedh yang pake batik.. =.=' Okelah, apresiasi budaya. Tapi kenapa engga dari dulu sih pake batik? Temen saya Mas Ayat bahkan udah pake batik sejak semester 1 (tahun 2003), tanpa harus disuruh Presiden. Sekarang, ada satu kelas di fakultas saya yang tiap hari tertentu mewajibkan pake batik =.=' plis deh, kenapa engga dibiarin kesadaran aja dari dulu, kenapa harus diwajibkan segala, dan baru sekarang? Dulu aja pada sadarnya pake kemeja flanel, celana pensil, sepatu kets impor =.='

Sebenarnya masih ada beberapa contoh yang pengen saya ungkapkan, kayak Indonesia Unite - Kami Tidak Takut (beneran nih engga takut? bom lho? bukan petasan.. beneran engga takut?), trus di bidang lain kayak musik, bagaimana band2 baru sebegitunya terhina, kasus PWG dan APWG-nya, dan sebagainya dan sebagainya.... Tapi pas saya scroll nih kayaknya kok panjang, jadi udah dulu lah. Banyak-banyak tulisannya juga belum tentu ada isinya.. haha...

Trus kenapa kalo kebanyakan orang cuma ngikutin tren dalam penyikapan terhadap suatu masalah? Buat saya sih, biarin aja. Selain sikap, ini juga masalah selera mau jadi seperti apa. Dan sejak kapan selera ada yang ngatur. Toh, semua orang pasti pernah/selalu ikut-ikutan. Bahkan orang-orang hebat diawali dengan menjadi orang yang cuma ikut-ikutan. Cuma sampai kapan? Sampai kapan kita ikut-ikutan mengamini suatu masalah yang tidak kita pahami benar?

Sabtu, 24 Oktober 2009

Analisis Kelayakan Usaha Dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Meubel Di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

Sejak awal saya menyusun skripsi, saya udah niat mau menggunggah *halah* hasil final skripsi saya kalau udah beres semua. Maksudnya, kalo skripsi saya udah fix disetujui dan dijilid. Niat saya ini didasarkan pengalaman waktu jaman masih awal-awal bikin skripsi, cari2 data, cari2 contoh skripsi, cari2 referensi, cari rumus, cari macem2 yang berhubungan skripsi terutama dari internet. Saya merasa susah banget dapetin literatur yang berhubungan dengan skripsi saya itu. Tapi kayaknya emang saya aja yang engga pinter nyarinya, wong sebenere mungkin banyak juga di internet.

Nah, sekarang skripsi saya udah kelar, baru selesai di jilid. Jadi sesuai dengan cita2 saya dulu, saya menggunggah skripsi saya ke penyedia jasa hosting file di internet. Saya pilih Scribd dengan pertimbangan bahwa di situs tersebut, dokumen bisa kita baca lebih dahulu sebelum diunduh, dan Mediafire dengan pertimbangan bahwa saya punya akun di situ dan user internet sudah cukup familiar dengan mediafire *ngga ngefek juga sebenernya ya? hehe...

Wokeh, saya unggah file skripsi saya tujuannya sih bukan pamer, cuma pengen congkak dikit. Eh, siapa tau ada orang2 yang pengen cari referensi tentang industri meubel di Suruh, atau tentang analisis kelayakan usaha, atau penggemar rahasia saya pengen ngumpulin semua hal tentang saya :p , kan bisa donlot ini file. Skripsi saya ini bisa dipakai oleh mahasiswa semester 5, semester akhir, semester bonus, dosen pembimbing mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis, serta dosen-dosen pembimbing skripsi. Ya, skripsinya sih emang engga bagus. Tapi justru itu, skripsi saya ini bisa dijadikan contoh skripsi yang salah, jadi mahasiswa2 selanjutnya bikin skripsinya bener.. haha!

Jadi silahkan mengunduh :




Hahahahaha... semoga bermanfaat :)

Selasa, 13 Oktober 2009

The Ataris Live At JCC
(Final Regional JKT Indiefest 2009)

Awalnya dalam komen2an di sebuah status FB, Vivid bilang "NUFAN sama The Ataris mau ke Indonesia". Kalo NUFAN udah tau, udah lama itu beritanya. Tapi The Ataris? saya engga yakin tadinya, trus saya cek di halaman myspace-nya ternyata bener. Tanggal 10 Oktober 2009 di Indonesia. Whoaaa.. beneran nih? Langsung saya putuskan, saya akan menontonnya. Hehe..

Tadinya agak ragu juga, soalnya The Ataris datang ke Jakarta tidak dalam rangka tur-nya sendiri, tapi sebagai bintang tamu Final Regional Jakarta LA Lights Indiefest 2009. Dari rundown acara saya tau kalo mereka cuma main 40 menit yang kemungkinannya cuma sedikit lagu yang akan dibawakan. Tapi persetan! mereka datang! The Ataris bung, band dari Karangawen, Semarang Indiana, USA itu! Band favorit saya, yang lagu2nya banyak menginspirasi karena terrelasikan dengan kehidupan saya *halah berlebihan* akhirnya datang dan perform di Indonesia! Tidak ada alasan untuk melewatkannya :D

Singkat kata, tanggal 10 Oktober 2009 lalu jadi juga saya nonton acara itu. Saya sampe di JCC sekitar pukul 14.40. Belum rame banget lah, baru anak2 SMP-SMA pada ngumpul2 di depan venue. Saya yakin mereka fansnya PWG yang disebut porkydorks. =.=' inget temen2 saya di Unnes, Vid, Tenk?.. haha.. biasalah, anak2 muda, dateng rame-rame, bergerombol, dandanannya itu lho dek, kagak nguatin.. hahaha.. Lha saya sendirian ya, bingung mau ngapain, sambil nunggu waktu yang tepat buat nuker tiket yang udah saya pesen onlen sebelumnya, istirahat dulu aja duduk di depan venue. Menggemaskan, sendirian dan berkeringat.

Saya sendiri baru masuk setelah magrib. Tujuan saya memang The Ataris. Ya, sama Lenka itung2 sebagai bonus :p. Kalo acara LA Lights Indiefest-nya sendiri sama sekali engga tertarik. Bingung aja, independent kok disponsori? Korporat besar pula, dikompetisikan pula? Terlalu banyak distorsi di sini *soktau mode : on*

Waktu saya masuk, venue masih sepi banget, kira-kira baru sepertiga ruangan yang terisi. Band yang lagi perform adalah The Banery, the beatles wannabe bercirikan dasi kupu-kupu yang merupakan salah satu bintang tamu. Membawakan lagu2nya seperti "Cemburuisme", "Karena Dia", dan "Imagine"-nya John Lennon yang katanya dipersembahkan buat korban gempa Sumatera kemaren (kalo kata saya sih kurang pas liriknya) tapi cukup bikin saya merinding. Secara kualitas The Banery bagus lah. Saya
cuma heran, kenapa di salah satu lagu yang saya lupa judulnya, mereka harus memanggil dua dancer (satu cewe cakep rada indo, satu cowo agak gendut) yang joget2 engga jelas sepanjang lagu tepat di bibir panggung. Rasanya jadi bukan musiknya yang ditawarkan, tapi engga tau lah, ntar salah komen.

Setelah The Banery ada Morning Blue bintang tamu beraliran alternative rock yang cukup sukses membawakan "Viva La Vida"-nya Coldplay walaupun ada beberapa nada yang meleset. Mereka juga membawakan lagu-lagu mereka sendiri seperti "I Don't Care Anyway" dan (lagi-lagi) lagu persembahan buat korban gempa yang berjudul "Benar-Benar Menghilang. Semoga issue gempa ini bukan sekadar euforia saja, semoga mereka benar-benar tulus mempersembahkan lagu-lagu itu.

Jeda acara diisi kuis oleh dua MC acara, sama pemutaran slideshow2 footage promo acara yang bikin ketawa. Gimana engga, tuh di layar ceritanya ada orang buka case gitar, trus ngamen, trus orang2 pada ngelempar recehan ke case gitarnya, sampe ada orang yang ngelempar buku yang ada tulisannya "Music For Sale" tapi "Sale"-nya di coret diganti "Soul" jadinya kira2 gini "Music for Sale Soul". Whahaha.. gimana engga ketawa, lha emangnya ini acara apa engga lagi jualan? Udah gitu jualannya pake bawa2 term "indie" pula, cape deh..

Setelah jeda itu, bintang tamu yang main selanjutnya adalah Raygun. Band rock dari Inggris ini tadinya engga saya perhatikan sama sekali, tapi setelah liat performance-nya saya malah jadi tertarik. Musiknya lumayanlah. Saya memperhatikan beberapa hal pas mereka manggung. Ray, sang vokalis cukup atraktif, yaaa... mendekati Giring Nidji lah :P, dia juga cukup komunikatif dengan penonton sampe bela-belain belajar kalimat "Suaranya manaaa?" huehehe.. Yang juga menarik perhatian saya gitarisnya tuh. Gendut, kriting, brewokan, bajunya pink =.=' tapi main gitarnya keren dan lumayan atraktif juga, muter2 engga jelas. Raygun membawakan lagu2 seperti "Just Because", "Waiting In Line" yang membuat saya tersenyum, "Lord Forgive Me", "In The City", dan ditutup dengan "See You Later".

Setelah Raygun, jeda lagi untuk ngasih penghargaan buat para finalis kompetisi. Entah saya tidak mengerti dan tertarik. saya memilih untuk keluar sebentar untuk menunaikan ibadah wajib membuang air kecil. Udah kebelet banget bos!! Daripada jebol pas Lenka perform, kan gawat :p.

Air sisa udah dibuang, balik lagi ke dalem, ternyata penampil selanjutnya adalah band-band guilty pleasure saya. Mari kita sambit Rocket Rockers danPee Wee Gaskins!! Booo.. whahaha.. pas PWG banyak yang nge-boo-in band muda yang sampai punya grup anti sendiri (APWG) ini. Performance mereka dikonsep sebagai "battle bands", tiap dua lagu ganti band. Jadi inget maenan Rock Legends di FB :p. Rocket Rockers mah dasar udah bagus ya engga usah saya komen dulu ah. PWGnya itu sasaran empuk buat komen.. hehe.. band yang banyak dihujat ini kayaknya dicuekin penonton -kecuali para dork itu pastinya. Sempet gitar bermasalah dansound kurang bener, mereka pede aja bawain "Tentukan Akhir Yang Terbaik", "Welcoming The Sophomore", "Di Balik Hari Esok" dan lainnya.

Hal yang mendapat perhatian saya adalah PWG (dan RR) mengkolaborasikan penampilan mereka dengan cheerleader yang disebut Rocks and Dorks Cheers! "Apaan lagi nih?" kata saya dalam hati. Ya, terserah mereka sih, tapi saya kok tidak melihat relevansi antara aliran musik yang mereka bawakan dengan goyangan ala pemudi-pemudi SMA. Kecuali target pasar mereka yang anak2 SMP-SMA dan musik mereka yang ringan, ini sungguh tidak pas menurut saya. Bagi saya engga nyaman aja. Jadi inget lagunya SID yang "Punk Hari Ini" (baca liriknya deh.. hehe). Masih mending kalo bawa cheers aja, ini merekanya sendiri (personil RR dan PWG) ikutan nge-cheers juga! Seterahlah. Ntar salah komen lagi :P. Usaha bagus ditunjukkan waktu mereka kolaborasi bawain lagunya Queen yang "We Will Rock You" sambil nyampein ajakan perdamaian dan bersatu dalam musik. Wagu sih, tapi setuju ajalah. Kita boleh engga suka sama band tertentu, tapi dibikin nyante ajalah, kecuali kamu Bonehead fasis bercula satu.

Skip them, (skip kok panjang banget ceritanya?)

Abis RR,PWG dan (lagi2) kuis2, saatnya si cantik menggemaskan Lenka! Penonton cewe pada merangsek ke depan, saya mah stay di tengah aja sambil konsen nunggu The Ataris. Lenka bermain bagus, dengan lagunya yang asoy kayak "Trouble Is A Friend", "We Will Not Grow Old", "Dangerous And Sweet" yang (juga) membuat saya tersenyum (saya banget sih :P), "The Show" yang ajang sing along, dan lainnya yang saya engga apal.. hehe. Lenka sempet memperkenalkan band-nya dan menyapa penonton dengan ramah, Band-nya juga bermain sangat baik, berkali2 mereka berganti instrumen. Ternyata Lenka pinter main keyboard dan salah satu jenis trompet (namanya apa ya?). Keren banget Lenka! maksimal. Lenka usai.

Tunggu saya belum mau cerita The Atarisnya. Saya sempet ngeliat sekitar saya. Ternyata venue udah penuh!! emang penonton kebanyakan fansnya The Ataris. Seneng aja liat banyak orang dengan kegemaran yang sama ngumpul. Saya perhatikan penonton yang pada nunggu The Ataris itu udah pada dewasa (kira-kira 20-40 tahunan) engga remaja lagi kayak penggemar band-band sebelumnya.. hahaha. Selain itu, dandanannya juga sederhana, engga mencolok kayak partydorks dan kawan2 itu..hehehe.. Seneng rasanya venue yang penuh semua nungguin The Ataris. Rasa bosan dan jenuh kayak siangnya pas baru dateng tadi langsung ilang. Dalam hati saya berkata buat partydorks "Pulanglah nak, kerjakan PR-mu, cuci kaki, tidur. Ini waktu kami." Hahahahahahahahaha...

Begitu Lenka dan bandnya menghilang dibalik layar, tidak lama di panggung sebelah muncul Kris Roe sang vokalis sekaligus satu2nya personil asli The Ataris. Dia ngeset gitarnya sendiri!! Ini The Ataris ternyata engga bawa kru sendiri dari rumah. Efeknya, sound gitarnya Kris Roe jadi kurang mangstrabs, sound antar instrumen kedengarannya gak balance, beberapa kali trouble masalah sound (Kris Roe sampe tereak2 pake mikropon minta bantuan kru panggung). Selain itu lightingnya juga payah, sepanjang The Ataris maen, bisa dibilang engga ada lighting yang memadai. Gelap.

Emang The Ataris engga bawa kru, tapi kok bisa2nya pihak panitia engga nyiapin kru bantuan sama sekali? Masalah ini banyak diprotes penonton nih. Banyak yang bilang kecewa pas The Ataris main, selain masalah itu, salah satu gitarisnya yaitu Chris Swinney engga dateng. Jadi The Ataris cuma main bertiga. Udah pokoknya kayak main di Unnes Bersatu aja lah.. Tapi salut sama Kris Roe yang mau ngeset alat sendiri, pas jeda lagu masih sempet nyetem gitar segala, pas selesai main juga gulung-gulung kabel sendiri! Sederhana banget deh.. salut salut!!

Okelah mungkin bagian sound dan lighting kurang maksimal dan bikin acara jadi antiklimaks. Tapi buat saya, persetan, ini The Ataris bung! band yang lagu2nya selalu saya puter di komputer warnet tempat saya kerja tanpa peduli klien pusing atau ikut menikmati, band yang lirik2nya saya kagumi karena cerdas, kreatif, gombal, menye-menye, gahar, lucu jadi satu, band yang punya mp3 bajakannya nyaris lengkap dari semua album bahkan sampe lagu2 B-Sides mereka! ini The Ataris bung! cihuy!!

Kris Roe baru ngeset alat aja tuh penonton dah pada histeris. Sambil nunggu selese, di layar besar diputerin video klip "In This Diary", yang langsung disambut penonton dengan sing along. Mungkin Kris Roe terharu sambil berkata dalam hati "Buset, fans2 gua banyak juga ya.. pada apal lagi.. tau gitu gua kesini dari dulu.. aah mana kagak bawa kru lagi..". Mungkin lho tapi. Setelah video klip selesai, pas band udah siap semua. Pesta dimulai!!

Lagu pertama yang dibawain adalah "So Long, Astoria" dari album berjudul sama. Engga usah diceritain pasti pada nebak bakalan ikutan nyanyi semua. Pokoknya sepanjang show, penonton terus nyanyi bareng. Seru. Lagu kedua itu lagu yang sering banget dibawain The Ataris kalo lagi manggung "Unopened Letter To The World" saya engga begitu sering nyetel lagu ini, jadi engga apal. Haha.. diem aja deh, sambil ngambil beberapa foto yang hasilnya jelek. Perpaduan antara engga bisa ngeset kamera pinjeman, amatir, dan lighting panggung yang buruk. :p

fotonya ngeblur, tapi sumpah yang megang gitar itu Kris Roe, buka Moldy

Lagu selanjutnya "1*15*96", lagu itu judulnya adalah tanggal lahir Starla, putri Kris Roe. Lagu keempat, Kris Roe minta penonton untuk bernyanyi keras-keras, karena ini adalah "In This Diary"! Sontak, semua orang berteriak, sing along dan moshing tidak terhindarkan. Kondisinya hampir sama di setiap lagu. Saya mah ikut nyanyi aja di tengah. Saya sempet ambil video pas lagu "Summer Wind Was Always Our Song". Videonya bisa dilihat di sini :D. The Ataris bawain 11 lagu, setiap akhir lagu Kris Roe selalu bilang terima kasih pada crowd. Lagu favorit saya saat ini "I Won't
Spend Another Night Alone"
dibawain yang versi album So Long, Astoria. Mereka juga sempet bawain lagu baru yang kayaknya judulnya "Surrender", juga lagu kebangsaan fans yaitu "San Dimas High School Football Rules!". Di lagu San Dimas, pada lirik "..Whitney, don't you understand that what I say is true? I just want you to know I have a major crush on you. I'd drive you to Las Vegas and do the things you wanna do I'd even have Wayne Newton dedicate a song to you...", Kris Roe mengganti Las Vegas menjadi Jakarta, dan saya mengganti Whitney dengan nama seseorang. :P Saya tersenyum dan berharap saya tidak sendirian saat itu.

Hahaha.. Ok. skip that shit, kids. Lagu kesukaan bos saya, "Takeoffs And Landings" juga dimainkan. Setlist The Ataris malam itu adalah :

1. So Long, Astoria
2. Unopened Letter To The World
3. 1*15*96
4. In This Diary
5. Summer Wind Was Always Our Song
6. I Won't Spend Another Night Alone
7. Boys Of Summer
8. Lagu baru yang kayaknya judulnya "Surrender"
9. San Dimas Highschool Football Rules!
10. Takeoffs And Landings
11. Your Boyfriend Sucks

Jam 23.59 The Ataris menutup pertunjukkan dengan "Your Boyfriend Sucks", sebelumnya Kris Roe bilang ini lagu terakhir. Kontan para penonton tereak "no!!" sambil goyang2in tangan kayak Kris Roe mudeng aja.. :P. Kris Roe bilang "Ini terakhir. Kami akan kembali tahun depan saat album baru kami udah rilis". Baru penonton pasrah deh. Pas selesai, tetep aja penonton coba minta encore, tapi si abang Kris malah nggulung2 kabel itu tadi sih. The Show Is Over.

Yah, kurang puas dari sound, lighting dan jumlah lagu yang dimainkan. Tapi puas banget karena udah nonton The Ataris. Tinggal nunggu janji mereka untuk dateng lagi tahun depan. Kalo mereka jadi datang, saya justru merasa beruntung. Soalnya mereka tahun depan akan membawakan lagu2 dari album baru mereka yang akan rilis Januari 2010. Sedangkan The Ataris dikenal di Indonesia dengan lagu-lagu lama mereka yang udah ngena banget di hati penggemarnya kayak "San Dimas", "So Long, Astoria" dan lainnya.

Makanya saya tetep puas banget bisa nonton The Ataris malam itu. Jika mereka jadi datang lagi dan saya punya kesempatan, saya akan nonton lagi.

Thanks for coming The Ataris :)

Ibukota Ternyata Tidak Secerewet Ibu-Ibu PKK
(Sebuah Catatan Perjalanan)

Nekat! Ya. Ini adalah sebuah perjalanan yang bisa dikatakan bermodal nekat. Soalnya saya baru pertama kali ini pergi ke Jakarta sendirian. Dulu sih pernah tapi bareng rombongan KKL Fakultas sama study tour SMP. Tapi kali ini saya harus datang ke Jakarta. Kenapa saya bersikeras pengen dateng ke Jakarta? Karena The Ataris konser di sana!! Huahaha..

The Ataris bung, band dari Karangawen, Semarang Indiana, USA itu! Band favorit saya, yang lagu2nya banyak menginspirasi karena terrelasikan dengan kehidupan saya *halah berlebihan* akhirnya datang dan perform di Indonesia! Dulu, sebenernya saya udah merencanakan nonton No Use For A Name yang juga akan manggung di Jakarta bulan ini, tapi banyak pertimbangan dan gagal. Begitu tau The Ataris juga dateng, udahlah, gak ada pertimbangan lagi. :D

The Ataris manggung di Indonesia sebagai guest star di acara Final Regional Jakarta
LA Lights Indiefest 2009 yang berlangsung tanggal 10 Oktober 2009 di Jakarta Convention Center Hall B. Jadi, saya berangkat dari Semarang hari Jumat, 9 Oktober 2009. Saya berangkat dari Stasiun Poncol Semarang jam 7 malem naik kereta Tawang Jaya. Ekonomi. Penuh bangeeet bos. Terpaksa berdiri dulu.

Saat kereta mulai berangkat dan menjauhi stasiun, yang ada dalam pikiran saya adalah sebuah perjalanan besar yang panjang dan lagunya Lipstik Lipsing yang berjudul Early Express (Walopun saya dalam kereta ekonomi :P), abis The Ataris gak punya lagu tentang kereta :p. Kira2 5 menit selanjutnya saya memutuskan duduk saja di lantai diantara kursi-kursi penumpang. Padahal itu pertama kali saya naik kereta lho, pernah sih dulu kayaknya pas SD tapi dah lupa, jadi ya sama aja pertama kali dan langsung dapet cobaan begitu. =.='



Perjalanan di kereta pas berangkat cukup menyenangkan meskipun tidak banyak yang menarik. Engga enak banget tuh duduk dilantai. Pantat saya yang setipis Paperline Gold A4s 80 gram jadi berasa makin tipis aja, 60 gram mungkin saat itu :p. Selain itu, duduknya juga harus nekuk lutut karena tempat terbatas, saat itu saya ngrasain engga enaknya jadi orang tinggi berkaki panjang :D. Dengan kondisi seperti itu, dua cita2 saya sebelum naik kereta tidak tercapai, engga bisa duduk dekat jendela, sama engga bisa tidur nyenyak.. hehe.

Satu hal, saya langsung menikmati rasanya berpergian naik kereta. Emang sih, saya duduk dilantai bersesakan dengan banyak orang, cuma entah kenapa saya menyukainya. Bareng mas pembawa lukisan, geng bapak2 yang ngobrol terus, pria paruh baya yang tidur di antara kursi2 (ngalangin jalan aja), dan lain-lain.

Kereta sempet transit di Cirebon sekitar pukul 23.59, saatnya buka celana ama nyalain HP. Beneran langsung dapet banyak sms, pada nanyain sampe mana.. jadi terharu. 20 menitan kemudian, kereta lanjut lagi berangkat, balik duduk ketempat semula, trus lupa. Tidur agak nyenyak kali ini.. hehe. Tau2 udah Bekasi aja, lumayan tuh dapet tempat duduk di kursi. Tapi baru tidur bentar udah sampe aja di Stasiun Pasar Senen jam 02.30. Berhubung angkutan yang akan membawa saya ke kos temen (Harmoko) yang akan menampung saya selama di ibukota belum pada beroperasi, saya istirahat dulu di Stasiun, sambil sms-an sama Harmoko (tuan rumah) dan Khatim (pemandu onlen dari Semarang) tanya2 rute, sambil bengong.

Jam 04.40-an, saya memutuskan untuk keluar dari stasiun dan ke terminal yang ada di depannya. Berdasarkan petunjuk dari Bang Moko, saya naik Kopaja 20, ntar turun di Pizza Hut Buncit, dapet deh jam 05.00, sampe ditujuan jam 05.50. Beberapa menit kemudian, dateng tuh temen kuliah yang dah lulus (hiks) njemput saya. Langsung cabut ke kos dia. Jam 06.00 sampe di kos, istirahat bentar. Biasa. Obrolan temen lama, tanya kabar,
talk about the weather, nggosipin temen2 lain, ngopi, nyemil, ngomongin aktivitas masing-masing. Ternyata beliau baru resign jumat kemarennya, tapi senin udah training di kerjaan barunya. Keren juga tu bocah. Nah, beneran pas kan, pas saya kesana dia pas libur total 2 hari.. hehe. Ngobrol deh tuh sampe tau jam berapa, akhirnya saya memutuskan untuk tidur dulu, simpan tenaga buat ntar sorenya. Tapi ternyata engga bisa tidur nyenyak juga. Bangun kira-kira 2 jam kemudian. Mandi, makan (dibayarin :D) dan talking-talking lagi sampe jam 12an.

Setelah siap-siap, jam 13.00 saya berangkat ke JCC, tempat acara berlangsung. Harmoko akhirnya nemenin saya jalan karena dia juga mau ke rumah orang tuanya di daerah Fatmawati buat ngambil barang. Naik busway! ihiii.. *ndeso* (dibayarin lagi). Ternyata TransJakarta engga senyaman yang saya kira. Emang sih, bersih rapi, dan lancar. Tapi mental orang-orang kita emang masih sama, hobi berdesak-desakan. Udah gitu, petugasnya juga ngebiarin, tapi ada tuh satu bus yang petugasnya keren, jadi dia engga ngebiarin penumpang sampe sesak, kalo udah nyampe batas maksimum sama dia penumpang lain gak boleh masuk. Bagus pak, dalam hati saya :D. Harmoko nganter sampe depan Polda (apa Polri ya? lupa) sampe situ, saya jalan sendiri nyari JCC-nya. Ternyata gampang, walo jalan cukup jauh juga.

Sampe JCC jam di HP saya nunjukkin pukul 14.40. Belum rame banget lah, baru anak2 SMP-SMA pada ngumpul2 di depan venue. Saya yakin mereka fansnya PWG yang disebut porkydorks. =.=' inget temen2 saya di Unnes, Vid, Tenk?.. haha.. biasalah, anak2 muda, dateng rame-rame, bergerombol, dandanannya itu lho dek, kagak nguatin.. hahaha.. Lha saya sendirian ya, bingung mau ngapain, sambil nunggu waktu yang tepat buat nuker tiket yang udah saya pesen onlen sebelumnya, istirahat dulu aja duduk di depan venue. Menggemaskan, sendirian dan berkeringat.

Sekitar sampe jam 16.00 saya stay di venue. Akhirnya bosen juga. Setelah sempet nukerin tiket, saya memutuskan untuk jalan2 dulu di kompleks Senayan. Maklum anak udik, liat kompleks olahraga begituan heran, luas amat ya?. Keluar dikit, saya nemu jalan ke Gelora Bung Karno. Iya, tempat orang-orang pada maen sepak bola tapi gak pernah menang itu lho, yang tadinya mau dipake Van Der Sar belajar maen bola tapi engga jadi. Sampe situ (diluarnya) muter2 aja ngliatin orang2 pada berolahraga, sambil ambil foto beberapa. Udah capek muterin GBK (iya beneran muterin kan bentuknya lingkaran tuh stadion), saya memutuskan untuk kembali ke JCC.

Nah! saya lupa tadi masuk lewat gang yang mana! Whahaha... saya cobain satu, kok beda, satu lagi, beda lagi, satu lagi saya lurus aja sampe keluar, kok makin jauh.. Huhuhu.. Mama, saya tersesat! Tapi saya tidak berhenti, saya jalan terus sambil nanya2. Lama juga tuh cari jalannya. Sampe akhirnya ketemu lagi gang tempat saya masuk ke GBK tadi yang keluarnya di jalan menuju JCC. Sial! pegel banget jalan berkilo-kilo, mana sendirian. Sampe di JCC jam 17.35, langsung menuju mushola. Buang air, engga sholat hehe.. (malu). Lama juga istirahat di mushola JCC. Jam 18.45 setelah makan dikit dan minum buat tenaga ntar, saya masuk ke Hall B tempat berlangsungnya acara. Untuk detail acaranya nanti saya posting terpisah saja, yang jelas, acaranya menyenangkan. Puaslah, walo ada beberapa hal yang mengecewakan.. Hehe..

Jam 23.59 The Ataris menutup pertunjukkan dengan "Your Boyfriend Sucks!", tanpa encore. Saya keluar dari JCC Hall B. Engga langsung pulang, duduk dulu di depan sambil minum dan ngeliatin orang-orang yang keluar. Sedih juga saat itu. Saya sendirian ngeliatin orang-orang pada keluar bareng-bareng temen, pacar, keluarga (iya keluarga, ada anak SMP yang dateng bareng bapaknya! =.=') dalam benak saya terpikirkan temen2 di Semarang - dan orang itu. Huff. Oke. Menarik juga duduk di situ, liat dandanan orang-orang, liat kaos2 yang dipake. Iseng banget ya? Iseng membawa sindiran tuh, ada orang yang pake kaos tulisannya "
Winners Make Things Happen. Losers Let Things Happen." Deeeng... langsung ketusuk saya!. Haha...

Kurang lebih jam setengah dua belas malem, saya memutuskan untuk keluar dari komplek Senayan. Saya dapet petunjuk dari
arwah leluhur Harmoko, untuk cari angkot jurusan Blok M, trus ntar naik Kopaja 75 turun di Pizza Hut Buncit lagi. Nah lho, jam segitu itu, angkot yang ke Blok M kalo dari Senayan ternyata udah abis, sempet tanya satpam situ katanya sih masih, suruh nunggu di depan komplek aja. Di depan komplek saya tanya lagi bapak penambal ban yang mangkal di situ, engga dijawab. Entah engga denger, entah dia emang engga ramah, atau bisa juga dia dipesenin ibunya "jangan bicara dengan orang asing, Nak!". Sial. Untungnya ada satpam komplek Senayan yang keluar cari bis Blok M juga. Kayaknya sih satpam yang tadi, ternyata dia engga tau juga masih ada kendaraan umum apa engga jam segitu.. haduuh.

Akhirnya kita berdua bareng-bareng nyegat Kopaja 102 jurusan Pondok Indah. Sampe sana, saya naik angkot arah Pondok Labu. Kayaknya saya kebablasan, sampe angkotnya ngabisin trayek, saya engga ketemu terminal Blok M tuh. Balik lagi deh, pake angkot satunya. Oh iya, pas di angkot sebelumnya sempet ada tiga orang masuk, engga bareng, tapi saya kok yakin ya mereka sekelompok. Singkat kata, dua orang bapak mepet saya. Satu pemuda di depan. Nawarin pijet gratis, tadinya bapak sebelah saya dipijet, trus nawarin saya. Ehm.. rada curiga saya memutuskan untuk menolak saja. Takut. Ya, kalo beneran promosi gratis, kalo pas disentuh ternyata hipnotis (kebanyakan baca berita kriminal :p), atau ternyata dia alien yang ngambil sampel kulit makhluk bumi? atau ternyata dia homo pencari lubang anus pemuda keren? kan bahaya. Ok. Sampe di Blok M, masih harus nunggu jam 2 buat naik Kopaja 75.

Pertama turun dari angkot, saya cari tempat buat pipis. Aduh engga tahan banget. Saya cari sampe belakang tuh, engga nemu toilet. Maju dikit, ketemu tukang ojek, maju dikit lagi liat jablay pada mangkal (rada takut, takut pengen maksudnya.. haha), maju dikit lagi eeh, banci2 pada nongkrong (takut beneran.. hiii). Balik lagi aja ke depan, sambil nahan pipis, pesen bakso sebelahan sama pasangan homo!!.. argh.. piye jal? Cuek aja lah. Setelah akhirnya berhasi pipis di taman deket situ, jam 01.50an Kopaja 75 berangkat juga. Sampe kos Harmoko jam 02.30 langsung tidur!!

Hari Kedua, 11 Oktober 2009. Bangun jam 08.47, setelah sempet makan di warteg, kami menuju warnet buat cari info jadwal keberangkatan kereta. Warnet di sana aneh, kayak rental komputer biasa cuma terkoneksi internet. Mana sempit, yang main anak2 kecil semua. Selain cari jadwal kereta, lumayan bisa ngecek fesbuk hehe.. lagi-lagi saya terharu. Temen2 pada perhatian ngasih komentar di status saya.
Mas Ayat malah bikin status khusus tentang keberangkatan saya ke Jakarta.. huehehe.. pada nggosipin saya ya?.. hehe. Selesai urusan world wide web, balik ke kos, mandi-mandi sambil nyiapin kepulangan, nonton tipi, istirahat.

Kurang lebih setengah satu siang saya berangkat ke Stasiun Pasar Senen, dianter Harmoko yang mau ke rumah orang tuanya lagi karena ada yang ketinggalan. Naik Kopaja 20. Gila, penuh banget, brisik, panas, di oper Kopaja lain pula. Masih nyaman naik Minas lah pokoknya. Sampe Pasar Senen (di)beli(in) lagi tiket KA Matarmaja Jurusan Jawa Timur yang lewat Semarang, pas banget jam 2 mau berangkat! Engga nunggu lama, setelah berpamitan dan berterima kasih banyak sama Harmoko, langsung naik dan cari tempat duduk kosong.

Jam 2 tepat kereta berangkat dari Pasar Senen. Sama seperti waktu berangkat ke Jakarta dari Tawang, saya kembali merasakan sensasi besar saat kereta mulai berjalan menjauhi kerumunan orang di stasiun, palang pintu kereta api, pemukiman kumuh sepanjang sisi rel. Saatnya berkata "Sampai jumpa Jakarta, Terima Kasih."

Tidak seperti Tawang Jaya waktu saya berangkat, Matarmaja tidak begitu menyenangkan bagi saya. Walaupun akhirnya saya dapat tempat duduk favorit saya (pinggir jendela rules!), suasananya engga enak banget.

Barengan saya adalah, seorang ibu baik hati dari Kertosono, Jatim yang tidak henti-hentinya nawarin kue kaleng ke orang2 di depan dan sebelahnya. Kayaknya beliau sedih ninggalin dua anaknya yang kerja di Jakarta yang tadi nganter sampe kereta. Ada seorang mas juga dari Jatim yang berbody atletis, potongannya sih kayak tentara gitu dan engga beli tiket tapi "bayar" ke kondektur pengecek tiket.. cape deh. Trus ada pemuda Madiun kelahiran 1986 yang lugu, baik hati, tapi kayaknya mudah diperdaya. Sebelah saya seorang pekerja dibidang perkayuan dari Tegal yang tangannya abis ketembak paku kayu dan ngakunya belum makan sejak hari Rabu. Satu lagi yang naik di Bekasi, mahasiswa yang berasal dari Padang, mau ke Semarang, tampangnya wagu engga meyakinkan guyonannya engga lucu.

Maka, perjalanan beratpun dimulai. Namanya kereta ekonomi, engga boleh protes kalo panas, lambat, banyak pedagang bolak-balik, pengamen mulai dari yang suaranya bagus sampe yang banci yang tidak berusaha merubah suaranya dan orang-orang yang ngobrolin hal yang engga jelas, engga nyambung tapi diterusin. =.=' Tapi dinikmati aja, sambil inget lagunya Marjinal yang KA Ekonomi :p. Namanya KA ekonomi, harus ngalah sama yang express. Jadi deh bentar2 berhenti buat ngasih jalan, apalagi waktu udah masuk Jawa Tengah hampir tiap stasiun kecil berhenti. Panasnya itu lho engga kuat!

Perkiraan saya sampai di Semarang jam 9 malem tidak terlaksana, sampe di Semarang akhirnya jam 00.30. Setelah menghubungi tim penjemput *halah, akhirnya saya kembali sampai di
MAXjam 01.15 waktu Semarang. Selesai sudah perjalanan itu, kalau ada waktu dan alasan saya akan melakukannya lagi. Saya ingat bagaimana saya harus berada di sana sendirian. Ternyata Jakarta memang kejam, tidak sampai mengusir anak kandungnya dari rumah memang, tapi cukup menyebalkan sebagai orang tua dari sebuah negara. Keras tapi fleksibel. Ribet, banyak omong, tapi tidak secerewet ibu-ibu PKK kampung saya. Saya tidak telah menaklukannya memang, tapi kami sudah berkenalan, mungkin kelak kami akan jadi teman akrab. Tapi saat itu saya bahagia berada di MAX dengan 2 hari yang sudah saya lewati.

P.S. Kayaknya ceritanya engga serapi yang saya bayangin sebelum posting.. heuehe.. Oh iya, ntar liputan acaranya saya posting terpisah :D

Selasa, 06 Oktober 2009

I Put My Tomorrow On Your Unknown Identity And The Greatest View Of Tuesday Morning



I'm watching you watch over me, and I've got the greatest view from here.
I'm watching you watch over me, and I've got the greatest view from here.


Jumat, 25 September 2009

In This Diary

Menunaikan kewajiban update posting blog :)

Ya. Seminggu yang lalu saya baru saja melewati ujian skripsi! Cukup menyenangkan, walaupun banyak banget revisinya nilainya lumayan juga. Ujiannya sendiri engga susah-susah amat kayak temen2 yang pernah saya lihat. Ujian saya cenderung santai dan banyak bercanda sama dosen.. haha.. Fiuuh.. masih mikirin revisi nih!.. Aaaa..

Oh iya, met lebaran juga. Maapin deh maap. Saya ujian pada H-4 berarti. Saya tinggal lebaran lupa semua tuh isinya.

Habis lebaran kayaknya saya punya urusan banyak banget nih. Skripsi, konsumsi barang-barang penting, sms orang, beres2 kos, beres2 kantor, mikirin mau dateng konsernya The Ataris apa engga, huaaa.. banyak banget lah..

Bentar bentar.. benerin resleting dulu..

Sabtu, 05 September 2009





.....................
Sedang persiapan ujian skripsi. Sibuk dan mohon doanya. :D
...................



Minggu, 23 Agustus 2009

My Life According To The Ataris

Awalnya, saya dapet game aneh tidak penting ini dari sebuah notes di akun fesbuknya vivid. Biasalah game iseng2an. Pas saya baca kok saya tertarik untuk menggarapnya dengan artis favorit saya sendiri yang tentu saja saya pilih The Ataris :D Saya bikin notesnya di sini. Beberapa hari kemudian engga tau kenapa tiba-tiba punya pikiran bikin mixtape aja sekalian dari kuis aneh ini. Kebetulan jawaban-jawaban saya di atas memang menggambarkan kehidupan saya - walaupun ada beberapa yang engga sesuai dan maksa karena menyesuaikan dengan judul lagu yang ada... haha.

Sebenernya mau berceloteh panjang lebar terkait dengan mixtape yang saya buat ini, tentang The Ataris, tentang merelasikan lagu dengan kehidupan (*tsah) dan sebagainya. Tapi lagi males ngetik nih. Kapan-kapan aja.

Mixtape dengan judul My Life According To The Ataris ini saya sertakan cover segala lho. Bikinnya gak serius juga sih, namanya juga iseng, makanya hasilnya seadanya.. haha. Oh iya, ada liriknya juga! Kalo ada yang mau mengunduh sangat dipersilahkan :

Download MY LIFE ACCORDING TO THE ATARIS (Personal Mixtape) here

Jadi, selamat mendengarkan kehidupan saya. :D




Using only song names from ONE BAND or ARTIST, cleverly answer these questions. Pass it on to 15 people you like and include me. You can't use the band I used. Try not to repeat a song title. It's a lot harder than you think! Repost as "my life according to (artist or band name)"


Pick your Artist: The Ataris

Are you a male: If You Really Want To Hear About It

Describe yourself: Eight of Nine

How do you feel: Perfectly Happy

Describe where you currently live : P.S. The Scene Is Dead

If you could go anywhere, where would you go: Cardiff By The Sea

Your favorite form of transportation: Takeoffs And Landings

Your best friend is: Blind And Unkind

You and your best friend are: Hello And Goodbye

What's the weather like: Summer '79

Favorite time of day: Welcome The Night

If your life was a TV show, what would it be called: Alone In Santa Cruz

What is life to you: Life Make No Sense

Your relationship: I Won't Spent Another Night Alone

Your fear: Myself

What is the best advice you have to give: All You Can Ever Learn Is What You Already Know


Kamis, 13 Agustus 2009

I Consume, Therefore I Am

Saya ingat dan memang sedang sering mendengarkan lagunya Efek Rumah Kaca yang Belanja Terus Sampai Mati. Lagu yang menceritakan konsumerisme. Saya pernah membuat stensil bertuliskan judul lagu itu untuk menyindir masyarakat sekarang yang sangat konsumtif (kapan-kapan saya upload hasil stensilan saya itu). Waktu itu saya sepenuhnya sadar bahwa saya tidak hanya menyindir masyarakat tapi juga diri saya sendiri. :D

Sebenarnya saya tidak perlu membuang waktu untuk membuat postingan ini karena saya yakin semua orang sudah tahu apa yang saya bicarakan. Saya hanya akan terlihat sebagai orang bodoh yang sok mengkritisi masyarakat. Tidak. Sebenarnya saya sedang mengkritisi diri saya sendiri.

Sejak saya punya penghasilan sendiri walaupun cuma kerja sampingan dan tidak seberapa, saya menjadi semakin konsumtif saja. Sebuah hal yang saya tidak suka tapi ada dalam diri saya. Kontradiktif. Mungkin saya tidak sampai berfoya-foya menghamburkan uang, tapi saya tidak bisa mempergunakannya sesuai kebutuhannya. Maka saya menyebut diri saya konsumtif. Maka bersiaplah, postingan ini mungkin akan panjang. Hehe..

Saya sering membeli benda-benda yang mungkin memang saya perlukan, tapi bukan benda yang lebih saya perlukan. Mungkin saya perlu kaos baru, tapi saya masih memiliki cukup kaos untuk ganti. Sedangkan saya tidak memiliki tas karena yang saya pakai sekarang adalah tas kawan saya dan saya telah merusakkannya. Seharusnya saya membeli tas baru. Tidak, saya malah membeli kaos baru. Inilah konsumerisme saya. Dengan daftar benda masih banyak untuk dibeli, saya semakin tidak sadar. Saya merencanakan punya kaos- kaos baru tentu saja (yang bersablonkan nama/gambar band2 favorit saya), sepatu baru (rencananya converse all star lagi, secondhand/sisa ekspor di Pasar Johar juga gapapa), celana panjang baru (model2 alpina yang hardcore2 begitu.. haha), mp3 player, dan seterusnya.

Lihat! benda-benda dalam daftar saya kebanyakan sudah saya punya. Artinya saya hanya ingin benda-benda itu, bukan butuh benda-benda itu. Jikapun saya membutuhkannya itu bukanlah hal yang perlu segera dipenuhi. Seharusnya saya menyimpan uang saya untuk kebutuhan yang lebih penting seperti biaya ujian skripsi, bayar uang kos, mungkin biaya wisuda nanti agar tidak terlalu merepotkan orang tua saya.

Saya yakin hal ini tidak terjadi dalam diri saya saja. Masyarakat saat ini adalah masyarakat yang konsumtif. Seperti saya tadi, membeli yang diinginkan bukan yang dibutuhkan. Saya sangat kabur mengenai masalah sebab-akibat. Jadi saya tidak bisa memastikan semua berasal dari masyarakat sebagai konsumen atau dari produsen. Tapi bagaimana jika kita telah dibentuk. Saya tidak tahu apakah suatu barang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan kita atau kebutuhan kita menjadi ada karena diciptakannya suatu barang. Awalnya mungkin barang diciptakan karena memang dibutuhkan masyarakat. Tapi pada masa sekarang ini saya tidak yakin.

Sebab, sejak kapan kulit coklat/hitam/gelap menjadi masalah bagi masyarakat negara tropis seperti Indonesia? Sejak diciptakannya kosmetik pemutih kulit. Sebelum ada kosmetik pemutih kulit, orang-orang tropis biasa saja dalam menyikapi kulitnya yang "tidak cerah". Sekarang mana sebab, mana akibat?

Konsumsi hari ini tak lepas dari citra. Seharusnya kita pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu yang telah kita rencanakan. Dalam apa yang saya lihat di lingkungan saya, orang-orang datang ke pusat perbelanjaan untuk tiba-tiba membeli barang yang dia lihat yang mencitrakan "barang bagus". Tujuan kita tidak lagi membeli, tetapi siapa tahu ada yang bisa dibeli. Mungkin itulah kenapa ada konsep minimarket, supermarket, swalayan, dan sebagainya dimana semua jenis barang yang tidak saling berhubungan disediakan dalam satu lokasi. Hal itu tidak membuat konsumen mendapatkan kemudahan untuk membeli barang apapun ditempat yang sama, hal itu menjadikan konsumen membeli barang yang seharusnya tidak dia beli.

Jangan terlalu serius menyikapi tulisan saya ini. Kita bergembira sedikit dengan curhat colongan.. hehe.. Beberapa orang yang kenal saya mungkin tahu saya paling malas masuk ke minimarket (terutama yang sudah skala besar seperti Indomaret dan Alfamart, karena saya masih merasa biasa saja masuk ke minimarket kecil yang dikelola pengusaha lokal walaupun sebenarnya tidak ada bedanya kecuali masalah skala usaha), atau pusat-pusat perbelanjaan seperti mall-mall, restoran-restoran "branded" seperti McD, KFC, atau distro-distro masa kini yang semakin hari semakin menyerupai butik.

Teman-teman saya ini selalu menganggap saya terlalu serius dalam menanggapi kapitalisme.. haha.. Tidak begitu kawan-kawan. Pemahaman saya bahkan masih lemah dalam hal kapitalisme atau ekonomi secara luas, bagaimana mungkin saya hendak mematahkannya :D Saya hanya tidak nyaman saja masuk tempat-tempat itu karena apa yang saya lihat adalah mayat-mayat hidup yang datang ke tempat-tempat itu untuk suatu alasan yang saya sebutkan sebelumnya. Saya juga masih bagian dari mereka dan sangat ingin lepas. Lagipula, sederhananya, saya membahayakan diri saja untuk berada di sana dengan kondisi keuangan saya yang tidak berlebih.. haha.. bisa-bisa hasil kerja keras saya dalam 30 hari menjadi sia-sia dalam sekejap

Apa yang ingin saya bicarakan/tanyakan sebenarnya adalah lebih dahulu mana, ayam atau telur?

Apakah suatu barang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan atau apakah kebutuhan menjadi ada karena diciptakannya suatu barang?

(ditambahin) sebenernya kita sudah tahu jawabannya.. :D

Rabu, 05 Agustus 2009

Cloud Cuckoo Land - Coffee Is...


Coffee Is... - Cloud Cuckoo Land


Coffee is my great star
Coffee is your great star
Coffee is our vague star

Ada yang tau Cloud Cuckoo Land (Korean Indie Pop Band)?
Mbah Gugel cuma tau dikit tuh...

Jumat, 31 Juli 2009

Seri Bersenang - Senang : Olah Raga dan Rekreasi

Sejak 3 bulan lalu saat bergantinya status saya dari pengangguran yang nyamar jadi mahasiswa menjadi pengangguran yang nyamar jadi mahasiswa yang juga operator warnet, saya jadi kehilangan banyak waktu untuk berolahraga. Emang biasanya juga engga rajin-rajin amat sih olahraganya, tapi ada waktu buat futsal 2 minggu sekali (kalo ada yang ngajakin :P). Udah gitu entah kenapa temen-temen sekelas saya sekarang pada males berfutsal ria.

Tapi selasa kemaren, berangkat dari sebuah obrolan ringan di depan kantin kampus, akhirnya saya (dan kawan-kawan) main futsal lagi. biasanya kalo pake rencana-rencana malah engga jadi, kemarin langsung aja setelah saya ngajakin, salah satu temen saya langsung booking lapangan, sore main deh. Siangnya dari jam 14.00 saya udah cabut dari warnet tempat saya kerja.. haha.. padahal jam kerja saya sampe jam 17.00-an. Jam 15.30 siap deh anak-anak ngumpul dan berangkat. Berhubung baru pertama nyobain lapangan baru (di Media Futsal Sampangan, biasanya di Stadium di Banyumanik) pake acara nyasar segala. Telat 15 menit. Itu juga masih nunggu anak-anak yang lain yang lebih telat lagi.



Begitu udah lengkap, kick off deh. Ini futsal hura-hura aja, iseng cari keringet. Lha ini bukan tim futsal beneran kok. Ini cuma anak-anak kelas saya yang belum lulus (walopun kami angkatan 2003.. haha) dan beberapa temen adik angkatan. Dasar lama engga main futsal, baru beberapa menit aja udah lemes banget rasany.. hehe.. faktor usia. Ah yang penting berolahraga. Selain sehat, hati jadi bahagia lho.. coba aja kalo engga percaya.. :D


Hari berikutnya, saya kedatangan kawan SMA saya Arman yang merupakan lulusan salah satu universitas bergengsi di Jogja yang lagi main ke Semarang. Maka, berusahalah saya jadi tuan rumah yang baik (walau pada kenyataannya engga juga.. ahaha). Kurang lebih 12.40 WIB saya jemput beliau di Ungaran, dengan kesalahan jadwal yang seharusnya saya sudah harus berada di Ungaran setengah jam sebelumnya :P. Sebelumnya saya telah berjanji mau nganterin tamu itu untuk berkeliling Kota Semarang pada malam harinya. Namun pada hari yang sama, jadwal kerja saya di warnet ini berubah jadi jam 16.00 - 24.00 yang artinya saya tidak bisa memenuhi janji saya itu. Yo wis, daripada itu orang itu mati bengong engga ada kerjaan ditempat saya, saya kirim dia ke kos saudari sepupunya di daerah Tembalang lewat JNE. Sialnya, setelah dia bertemu dengan sepupunya tersebut, mereka kemudian berputar-putar Kota Semarang dengan tujuan Kuil Sam Poo Kong, Lawang Sewu dan Kota Lama dan Sunan Kuning.

Saya cukup lega, karena teman saya itu bisa menunaikan tujuannya berekreasi di Semarang, bahkan tanpa saya antar. Tapi sebenarnya saya juga pengen ke tempat-tempat itu, sebab, udah 6 tahun saya di Semarang belum pernah sempet ke tempat-tempat itu.. hiks.. kasian ya.. :D. Eh engga dink, kalo Kota Lama dah sering. Berhubung transportasi umum di Semarang tidak tersedia 24 jam penuh, jam 12 malem saya jemput Arman di tembalang lagi.. brrr.. dingin coy.

Hari selanjutnya, karena saya harus ke kampus untuk bertemu dosen pembimbing, Arman saya ajak saja untuk menyamar menjadi mahasiswa Unnes. Di kampus sampe jam 11-an. Sebelumnya saya udah tanya tujuan Arman hari ini, karena dia bilang terserah, saya jadi bingung. Ya udah, setelah sarapan (mmm.. makan jam 11 namanya apa ya?) kami meluncur ke Gedong Songo, sebuah situs sejarah berupa kompleks candi yang berjumlah sembilan (songo) di wilayah Kabupaten Semarang.



Sampai di lokasi sekitar jam 12 siang. Gedong Songo itu komplek Candinya ada di perbukitan, dan jarak antar candi lumayan berjauhan, jadi kami serasa menjadi ninja di situ, naik turun gunung. Kami datang hari kamis, lokasi wisata ini sepi, cuma ada beberapa petugas, beberapa turis asing, beberapa keluarga dan (menyebalkan) beberapa orang memadu kasih... Argh. Tapi gapapa, saya suka pemandangannya, saya suka kegiatan rekreasi ini ditengah kesibukan saya yang rasanya semakin padat saya. Karena kesibukan itulah saya harus memaksa Arman pergi dari Gedong Songo sekitar jam 2 siang karena jam 4 sore saya sudah harus ngantor (halah).. works sucks, I know.

Arman memutuskan untuk kembali ke Jogja langsung setelah dari Gedong Songo, jadi saya antar dia menunggu bis di Ungaran. Saya rasa Ungaran sebagai jalur lintas provinsi tidak memiliki halte yang menyenangkan. Oleh karena itu, saya letakkan teman saya itu di depan Undaris. Enak tuh nunggu bis di situ, adeem. Engga nunggu lama, bis jurusan Jogja itu dateng juga.

So, sampai jumpa Man. Thnx for visiting. Sorri kalo sebagai tuan rumah saya tidak bisa memberi pelayanan maksimal. Setidaknya sekarang saya jadi punya sedikit ilmu kalo-kalo entar saya bikin biro wisata di Semarang.. hehe :D

Yah, begitulah kegiatan bersenang-senang saya dalam beberapa hari ini. Cukup melelahkan tapi menyenangkan.

Minggu, 26 Juli 2009

Sepatu Yang Terinjak Bagian Belakangnya

Sejak sepatu yang terinjak bagian belakangnya itu menjauh
maka seluruh dunia adalah permainan yang terhenti sementara.
Karena seluruh rima di jagat raya takkan bisa menggambarkan ruang yang telah terbentuk,
maka satu bulan adalah penantian seumur hidup.

Hingga semua manusia telah menyadari apapun bisa terjadi,
maka dosa yang sama terpaksa menjadi halal.
Ketika Tuhan telah bertransformasi menjadi halaman maya jejaring sosial,
meminta kepada-Nya menjadi pilihan utama.
Bahkan Tuhan yang satu ini tidak pernah menjawab.
Mungkin belum.

Berhenti pada konsep-konsep platonis bukan berarti berakhir.
Hanya menunggu Tuhan kembali bertransformasi dalam wujud lainnya.
Penjual nasi padang mungkin?
Seharusnya senja hari dua bulan lalu bersujudlah meminta
Sehingga tak perlu melihat senyum yang bermakna segalanya.

Setidaknya alasan manusia masa kini untuk menyelesaikan pendidikan akademis menjadi kian masuk akal.
Karena institusi itu yang akan menjadi cerita besar bagi apa yang akan kita produksi jika seluruh kehidupan terbaca dalam kurva permintaan dan penawaran.

Seharusnya aku tanya saja orang disebelahku waktu itu,
dia kelihatannya tidak akan berbohong.
Kadang aku mulai meragukan Milgram, jika Fat Mike iya kenapa kamu tidak?
Kecuali stenografi, aku tahu semua.

Maka lupakan Buzz Aldrin,
konspirasi terbesar terhampar di antara C3 dan C6!!

Saat pembangkangan terhadap billing server dan jam kerja dimulai, tumpukan skripsi tidak menjadi lebih penting dari sinema horor seminggu sekali.
Antara stick drum dan adzan magrib.

Aku berdoa pada Tuhan :
"Semoga nasi padang hari rabu kemarin terasa sangat nikmat baginya"

Kamis, 16 Juli 2009

Saya Hanya Perlu Kesempatan (Dan Nyali)

Saya sering dihadapkan pada sebuah keinginan yang sebenarnya mungkin mudah untuk dijadikan kenyataan, tapi saya tidak menjadikannya mudah. Banyak keinginan saya yang tidak saya realisasikan hanya karena saya tidak tahu bagaimana harus memulainya. Sebenarnya saya tahu apa yang harus saya lakukan, tetapi saya selalu terhalang tembok yang saya bangun sendiri. Saya berbicara banyak tentang implementasi, kritik sana kritik sini tapi saya tidak bisa menerapkan apa yang telah saya katakan.

Sebenarnya saya hanya butuh kesempatan. Banyak orang bilang kesempatan tidak ditunggu, tetapi dicari, dikejar, diusahakan atau apalah istilahnya. Tapi saya tidak mengerti. Mungkin pengertian kesempatan bagi saya dan orang lain berbeda. Mungkin orang bilang ada kesempatan hanya saja saya tidak memiliki nyali untuk meraih kesempatan itu untuk mendapat keinginan saya. Mereka benar. Tetapi mereka tidak berada dalam posisi saya. Mereka tidak tahu saya terlalu lemah untuk gagal. Saya tidak punya nyali untuk menerima kekalahan. Maka saya tidak berani mengambil kesempatan dan yang ada hanya penyesalan.

Seperti saat ini, saya memiliki sebuah harapan. Saya tahu nilai harapan itu, resikonya, efeknya, hasilnya, bahkan mungkin segala aspek dari harapan itu. Saya tahu langkah-langkah yang harus saya ambil untuk mendapatkannya. Tapi saya tidak bisa memulainya. Saya selalu mengatakan pada diri saya untuk menunggu kesempatan. Saya masih belum mengerti kesempatan seperti apa yang saya maksud. Karena kesempatan yang dimaksud orang lain adalah melakukan hal sederhana.

Tidak. Ini tidak sesederhana itu untuk saya. Saya percaya pada mereka yang menyarankan untuk berharap setinggi mungkin. Saya percaya apapun itu dapat kita raih karena tidak ada yang tidak mungkin. Saya hanya menunggu kesempatan yang akan membawa saya mencapai harapan itu. Sekali lagi. Kesempatan. Kesempatan dalam bentuk yang saya pahami. Kesempatan dalam bentuk yang saya harapkan. Sangat memalukan karena itu artinya saya tidak mau berusaha. Saya hanya ingin jalan yang mudah. Saya malu. Saya hampir menangis.

Saya juga percaya pada mereka yang menyarankan untuk tidak berharap terlalu banyak, karena jika gagal akan sangat menyakitkan. Sebenarnya saya pikir tidak masalah, rasa sakit itu yang akan membuat kita kuat. Tapi entah kenapa sampai sekarang saya belum siap menerima rasa sakit itu.

Keduanya benar. Saya telah membuat standar saya sendiri. Standar yang semakin membuat saya tersiksa. Standar seorang lemah yang menciptakan batasan rasa sakitnya sendiri dan dengan bodohnya memposisikan diri berada pada batas rasa sakit itu tanpa berusaha bergerak selangkahpun. Satu langkah yang akan menentukan kesembuhannya. Maju atau mundur takkan menjadi masalah selama tidak berada dalam garis batas itu.

Jika ada yang bertanya, sejujurnya saya ingin maju.

Ingin sekali.


Kawan... saya benar-benar ingin harapan kali ini.

.....

So wake me up, before you leave today,
Something I need to say, 'cause there'll be nothing when you're gone.
(No Use For A Name - International You Day)

Senin, 13 Juli 2009

No Use For A Name - Pacific Standard Time



Sleep is also known as i'm awake
Addicted to the easy life that everybody hates
I wonder should i call you or just stare in space again
There's always a beginning on your end

Somebody get me off this lonely sad parade
The differences a hundred miles but a couple months away
I'm saying hello just to say goodbye

You must be tired of waiting
Or making plans to go
Somewhere between an empty feeling and the worst one that you know
But i am saving every photograph of you
So every lie i live i see the truth

Cold December just got on the board
And every noise reminds me of the suitcase by the door
I wonder should i wake you up, i watch tv instead
These idiots are making me forget

How much you always forgive everything i do
The time and space begin of certain if i'm coming back to you
I'm saying this to let you know i try

You must be tired of waiting
Or making plans to go
Somewhere between an empty feeling and the worst one that you know
But i am saving every photograph of you
So every lie i live i see the truth

Somebody get me off this lonely sad parade
The differences a hundred miles but a couple months away
I'm saying hello just to say goodbye

Sabtu, 04 Juli 2009

So Long, Bomb Goonies Society


Facebook memang berbahaya. Masa saya ketemu gitaris, basis sama drummernya The Ataris (asli lho) udah gitu request friend saya di approve pula hahaa.. untuk saya bukan groupies yang jail. Pertama saya bukan cewe dan kedua emang saya bukan penggemar yang sampe segitunya. Lagipula ketiga orang itu adalah anggota baru The Ataris, justru Kris Roe yang vokalis gitaris frontmannya itu kayaknya belum approve. Padahal The Ataris ya Kris Roe itu. Hahaha.. Sedikit cerita, saya suka The Ataris sementara sampai So Long Astoria. Soalnya album setelahnya, yaitu Welcome The Night-nya terlalu kelam, musiknya beda banget sama album-album The Ataris. Kayaknya si Kris Roe pengen bereksperimen dan berhasil. Sayangnya justru bikin The Ataris kehilangan banyak fansnya.. Tapi summer 2009 ini The Ataris akan mengeluarkan album baru, jadi saya tunggu saja apakah saya akan suka seperti era So Long Astoria atau album baru akan seperti Welcome The Night. Dari demonya di Myspace-nya sih kayaknya kembali kayak So Long Astoria. Gudlah...

Lhaaa.. malah cerita The Ataris. Bukan itu intinya. Intinya sekarang saya berteman dengan para personil band favorit saya walopun cuma di fesbuk... hahaha.. Milgram Was Right.

Selain urusan fesbuk itu, saya dalam 1 bulan belakangan berhasil mendownload 3 film yang alhamdulillah semuanya saya suka. Ihiiiii... Film-film itu adalah The Goonies, Bomb The System sama Dead Poets Society. Kayaknya postingan kali ini malah jadi postingan review. Padahal niatnya cuma mau cerita. Engga papa wis. Kalo saya cuma ngasih tau judulnya tapi engga di review ntar pada penasaran. Tapi kalo saya review buat yang belum nonton kan bisa ngiri.. haha.. (kebanyakan "haha" nih).

Oke. Film pertama adalah The Goonies. Lagi-lagi ada hubungannya sama The Ataris. Soalnya saya tau film ini dari internet waktu cari-cari liriknya So Long Astoria. Ternyata lagu itu terinspirasi dari The Goonies. Liriknya aja ada yang ambil dari film itu. Huaaa.. The Goonies ceritanya petualangan anak-anak pra remaja di Astoria yang menemukan peta harta karun milik One-Eyed Willy. Mereka kemudian mencarinya, tapi mereka harus menghadapi The Fratellis, kelompok penjahat lokal yang mengejar mereka karena mereka tahu persembunyiannya. Film ini bercerita tentang harta karun, persahabatan, dan semangat pantang menyerah (tenan oraaa.. ). Pokoknya gitulah. Ternyata banyak juga yang terinspirasi film ini selain The Ataris. Lha salah satu quote paling keren di film ini yaitu "Goonies never say die!" itu dipake buat judul lagunya Set Your Goals, trus nama penjahat The Fratellis sekarang kan nama band dari Skotlandia. Huehehe.. Review lengkap liat blog saya satunya di sini

Habis itu, saya donlot Bomb The System. Saya ngerti film ini dari mana ya? saya kok lupa. Tapi yang jelas saya tau dari internet waktu cari-cari soal stencil, grafitti dan street art lain. Maklum lagi seneng nyetensil kaos.. hehe.. Film ini emang ceritanya tentang grafiti. Bomb The System menceritakan Blest, seorang seniman grafitti yang paling dicari oleh NYPD Vandal Squad, divisi kepolisian New York bagian vandalisme, karena hobinya mengutil cat semprot dari toko lokal dan menggambar tembok-tembok kota New York dengan graffiti-graffitinya. Salah satu adegan paling saya suka waktu Alex mengajak Blest untuk ikut dengannya membuat stensil. Alex bilang " Ambil alih ruang publik. Ruang publik sekarang isinya iklan thok. Masyarakat udah di cuci otaknya. Mereka suruh beli barang-barang karena mereka pengen bukan butuh" (intinya begitulah.. ga tau juga wong saya nonton film itu engga ada subtitle-nya sama sekali.. ngandalin kemampuan listening saya yang parah ya gitu jadinya.. hehehe). Review lengkap liat blog saya satunya di sini.

Trus saya juga donlot Dead Poets Society. Film tahun 1989 ini ceritanya tentang anak-anak siswa sekolah asrama yang peraturannya sangat ketat dan ortodoks Welton Academy. Mereka kedatangan guru bahasa Inggris yang baru bernama Mr. Keating. Guru yang satu ini metode mengajarnya sangat tidak biasa. Kalo buat saya guru idaman kayak gini ini mungkin. Guru itu dulu juga alumni Welton. Dulu beliau bikin grup namanya Dead Poets Society, perkumpulan anak-anak yang suka baca puisi di sebuah gua kalo tengah malam (perkumpulan yang aneh.. :D). Dead Poets Society kemudian diadakan lagi siswa-siswanya sekarang. Guru Keating dan Dead Poets Society telah mengarahkan anak-anak Welton itu mau dan mampu berpikir bebas. Melihat dunia dari sisi yang berlawanan. Dengan semboyan "Carpe Diem (Seize The Day)", mereka menjalani hari-hari mereka di asrama dengan menghadapi permasalahan masing-masing. Film yang bagus untuk semua orang. Mungkin guru-guru dan dosen-dosen perlu melihatnya. Review di sini... Dead Poets Society sangat saya rekomendasikan untuk ditonton!!


Nah kalo pada mau donlot di sini aja nih :

The Goonies :
Download The Goonies (1985) di sini

Download The Goonies Indonesian Subtitle di sini

Bomb The System :
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4

Dead Poets Society :
Download Dead Poets Society di sini

Download English Subtitle Dead Poets Society di sini

Jumat, 26 Juni 2009

Stenciled Tee

Huah.. setelah bertahun-tahun memiliki keinginan untuk punya kaos stencilan pilox, akhirnya kali ini terlaksana juga. Setelah berkali-kali diracuni D.I.Y ethics yang banyak saya baca lewat zine-zine seperti For Tomorrow dan Jalur Bebas, rasanya ini adalah salah satu implementasi saya pada apa yang saya selalu pikirkan dan banggakan. Haha...

Tadinya saya mau beli kaos polos di pasar Johar sekalian berapa gitu buat bikin-bikin. Tapi kayaknya saya dikutuk, setidaknya sampai saat ini. Susah banget kayaknya cari kesempatan buat cari kaos, maklum banyak jadwal pemotretan :p. Eh sekalinya bisa tokonya dah tutup, bukannya gak ada toko lain, tapi saya taunya cuma toko itu aja. Itu aja buat nyari tokonya butuh berhari-hari (berlebihan) karena saya belum pernah kesana, cuma berdasar petunjuk orang-orang yang udah pernah tapi ngasih petunjuknya engga jelas atau saya yang engga mudeng ya entahlah.

Sebenarnya bikin stenciled tee ini kan proyek dua orang. Saya sama satu lagi tuh si Atenk. Tapi sama terbentur masalah kesibukan. Kalo saya sibuk beneran, kalo dia pura-pura sibuk. Maklum band-nya dia kan baru saja masuk major label dan abis ngadain tur 13 kota di luar Jawa :D (band apakah itu?) Haha... *nek tenanan yo aku gawe band fastcore juga mendingan.* Blum cari pylox-nya, bikin skets-nya, tulisannya apa... hufff.. batal terus.

Akhirnya oh akhirnya, tiba-tiba di suatu malam Atenk mengirimkan sebuah pesan singkat "Ker, gw dah punya pilox neh". Dan saya sudah sejak lama bikin skets, yang akhirnya bertuliskan "HARK! IT'S A CRAWLING TAR-TAR".. haha.. (buat yang belum tau, Hark! It's A Crawling Tar-Tar adalah salah satu band Hardcore Indonesia yang sangat menakjubkan). Tapi saya belum punya kaos, aah kelamaan nunggu dapet kaos polos, saya pake aja kaos dalem saya yang bentuknya kaos (huhhahha.. maksudnya kaos dalem yang tipis itu tapi bentuknya T-shirt bukan singlet yang keliataan keteknya itu). Engga papa deh, lagian ini kan percobaan pertama, kalo jelek apa gagal jadinya engga papa. Kalo langsung pake kaos baru, gagal kan repot juga.

Oke deh, besok malemnya saya terbang ke kos Atenk Keparat itu, sambil ditemani gorengan yang engga anget lagi dan engga enak juga, pake es teh dan Something About Lola di Winamp, di mulailah projek biadab itu. Croott.. crooot.. sreettt... sreetttt...

dan



Jengjeeennggg.... jadi juga stenciled tee pertama saya. Masih keliatan gak rapi gitu ya.. engga papa ah pertama ini. Yang penting D.I.Y.. huahaha (curang, menjadikan D.I.Y sebagai pembenaran).

Rasanya asik juga bikin stenciled tee begituan, puas aja. Besok bikin lagi aah.. tulisannya apa ya? Udah ada ide dikit sih. Model nama ben kayak "The Ataris", "No Use For A Name", "Jimmy Eat World" dkk biar keliatan anak muda. Atau model melawan seperti "Smash Capitalism", "G8 Kills", "Food Not Bombs" biar keliatan rebel-rebelan gitu haha.. Pengennya sih model bak truk jalur Pantura kayak "Jangan Di Nikahi Bila Segel Rusak", "Tua Di Jalan", "Enak Tapi Dosa", Papa Pulang Mama Basah" dan sebagainya biar mengundang kontroversi.. Haaha..

*Oh iya, terima kasih buat Ringo Jalur Bebas yang bersedia mampir dan nge-link balik blog saya. Walopun kata pengkultusan tidak kami kenal, tapi rasanya tetap saja saya merasa bangga dikunjungi editor dari salah satu zine ternama di negeri ini.. huahaha.. Bayangkan saja orang yang kau kagumi menyapamu. Rasanya seperti berhasil berkenalan dengan mahasiswi adik kelas yang sudah berbulan-bulan kau kagumi tapi engga berani kenalan.. hahaha.

Jumat, 19 Juni 2009

Six Degrees Of Separation

Wah, saya sedang kehabisan ide untuk membahas sesuatu. Jadi saya copas saja artikel lama saya yang dulu saya posting di blognya Maxalmina. Itu tentang salah satu teori sosial yaitu Six Degrees of Separation. Jadi begini ceritanya...

Six Degrees of Separation adalah sebuah teori yang mengatakan bahwa setiap manusia di bumi memiliki hubungan dengan siapapun manusia lainnya hanya terpisah sejauh 6 orang. Hal ini pertama kali dicetuskan oleh penulis cerpen Hungaria bernama Frigyes Karinthy di tahun 1929. Namun, psikolog sosial asal Universitas Harvard bernama Stanley Migram-lah yang berhasil yang membuktikan kebenaran premis ini di tahun 1967.

Jadi siapapun anda, memiliki hubungan dengan siapapun di dunia ini hanya sejauh 6 orang. Jika anda seorang mahasiswa biasa-biasa saja dari sebuah universitas biasa-biasa saja di sebuah kota yang biasa-biasa saja di Indonesia, pernahkah terpikir bahwa anda hanya terhubung dengan 6 orang terhadap misalnya orang-orang hebat dari negara yang katanya hebat, Amerika. Siapa aktor hollywood yang anda puja? Angelina Jolie? Maka anda hanya terpisahkan 6 orang dalam hubungan anda dengan Angelina Jolie. Mungkin kurang dari 6 orang.

Terdengar tidak masuk akal?

Mari kita coba dengan Dian Sastro dan Jodie Foster. Di dalam industri film, kita bisa berasumsi bahwa jika aktris A dan aktris B bermain dalam film yang sama, keduanya saling mengenal, kecuali figuran. Nah Dian Sastro bermain bersama Frans Tumbuan dalam Ada apa dengan Cinta, Frans Tumbuan bermain dengan Martin Kove di film Without Mercy, Martin Kove pernah bermain bersama Charles Napier di Extreme Honor, dan Charles Napier bermain bersama Jodie Foster dalam film Silence of the Lambs. Jadi pada jaringan bintang film dunia, jarak antara Dian Sastro dan Jodie Foster adalah empat dari rata-rata enam tadi, ini jarak yang sangat dekat jika dibanding dengan ratusan ribu bintang film yang ada di antara kedua negara asal aktris-aktris tersebut.

Anda mungkin akan berkata " Itu kan artis, ya iyalah."

Mari kita buktikan dengan saya, .. haha..

Antara saya dengan para anggota salah satu band favorit saya dari negara yang katanya hebat itu,MxPx dari Amerika Serikat.
Saya mengenal Vivid Wicaksono (personil Rajin Pangkal Pandai, Scream of Oi!, Dead Alley, dst). Vivid mengenal Eka Rock (Superman is Dead), dan tentu saja Eka Rock mengenal MxPx karena SID adalah band pembuka MxPx sewaktu mereka konser di Jakarta dan bahkan Eka Rock sempat bermain bass untuk MxPx pada lagu Chick Magnet.

Lihat, bahkan saya hanya membutuhkan 2 orang antara saya dan MxPx.


Apakah contoh yang saya berikan kurang memuaskan? Mungkin bagi anda MxPx kurang terkenal. Haha.. Beri komentar jika contoh ini kurang memuaskan.

Teori ini pula yang sebenarnya mendasari lahirnya situs-situs jejaring sosial seperti Friendster, dan Facebook. Kita sendiri sering dalam obrolan sehari menemukan bahwa ternyata teman kita adalah teman dari teman kita yang lain, dari teman baru kita, dari sepupu kita, dari temannya ketua RT tempat kita tinggal, dari anak dosen kita, dan sebagainya. Dan akhirnya kita berkata "Dunia itu sempit ya?"

Maka, apakah anda percaya dengan teori ini?

Rabu, 20 Mei 2009

Pesbuk oh Pesbuk

Huahaa.. Mark Zuckerberg, kamu cuma satu tahun lebih tua dari saya. Dan kamu menyebalkan.

Tadinya saya dengan sombongnya berkata "Cih, tuntutan anak muda masa kini, harus punya pesbuk" Hoho.. saya berasa tua dan berwibawa saat mengatakannya. Saya pikir saya telah berpikir sangat dewasa. Haha.. cuih.. Ya, awalnya saya memang mencoba bertahan untuk tidak membuat pesbuk. Karena dalam pandangan saya selama ini penggunaan pesbuk dan temannya yang lebih tua prenster telah terdistorsi dari tujuan awalnya.

Sebenarnya apa sih tujuan kita ber-pesbuk ? Cari temen lama, cari relasi, promosi usaha, promosi diri sendiri, atau sekadar menegaskan eksistensi kita sebagai manusia masa kini? Entah saya yang terlalu berpandangan sempit atau memang kebanyakan yang saya lihat adalah begitu adanya, saya rasa lebih banyak manusia ber-pesbuk untuk alasan terakhir. Silakan menyangkal, tapi dalam lubuk hati paling dalam, alasan yang sama juga berlaku untuk saya.. haha..

Tapi, memang saya akhirnya harus menyerah. ada beberapa hal yang membuat saya harus memiliki pesbuk, terutama mengenai promosi satu dan lain hal. Intinya emang sudah saatnya saya menyerah pada tuntutan jaman. Hehe.. saya berpandangan sempit ya? Entahlah, saya hanya kurang senang melihat orang-orang ber-pesbuk hanya untuk banyak2an teman, banyak2an isian wall post, banyak2an poto2 sok imut.. haha.. Katakanlah saya berpandangan sempit..

Toh akhirnya saya menyerah juga

Budi Raharjo's Profile
Budi Raharjo's Facebook Profile
Create Your Badge

Note : Oh iya, lupa ngebahas. Tadinya saya selalu heran kok di pesbuk kebanyakan pake nama asli. Padahal di prenster pada pake nama2 palsu, nick, dsb. Ternyata emang ada pendeteksi otomatis biar namanya sebisa mungkin asli. Masih bisa diakali sih, nama kita dibikin ke-jepang2an apa ke-rusia2an. Jadinya apa ya ? Budovic Raharjovic ?.. Hkhkhk

Selasa, 28 April 2009

Berbarengan

00.40, kebagian jaga malem nih..

Rasanya tidak menyenangkan. Bos Maxalmina, Rendra, yang kemarin baru pulang dari RS karena infeksi saluran usus itu sekarang masuk RS lagi karena akan menjalani operasi. Sedangkan 2 dari 3 adik saya di rumah, juga masuk RS, di opname bersamaan karena Demam Berdarah..!!

Selain itu, kampus dan seluruh kehidupan saya rasa sedang tidak pada kondisi yang menyenangkan bagi saya dengan beberapa pengecualian..